SIKAP DI ANTARA DOSA DAN PAHALA
903 Pembaca

26-06-2021



SIKAP DI ANTARA DOSA DAN PAHALA

 

الســـلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

Saudaraku...! 

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Malam itu terasa hening, bulan purnama bersinar menerangi bumi. Di kejauhan, bayangan-bayangan pegunungan, pohon-pohon, dan  hamparan permukaan laut yang berkedip-kedip, menciptakan suatu pemandangan yang sangat indah dan menenangkan.

Si Pemuda dan Seorang Sufi sedang duduk di tepi sebuah tebing menikmati pemandangan itu, sambil melafazkan puji-pujian agung.

Tiba-tiba si Pemuda teringat apa yang dilakukannya pada sore sebelumnya, saat itu ia menyingkirkan sebuah batu yang agak besar dari tengah-tengah jalan dan pada saat yang sama ia melihat segerombolan orang sedang berteriak-teriak menuntut seorang pemimpin untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya yang telah mengambil sebagian dana pembangunan bendungan irigasi untuk kepentingannya sendiri.

Kedua peristiwa itu mengingatkannya pada kata Pahala dan Dosa.

Ia belum memahami sepenuhnya Penciptaan Satuan Kebaikan dan Keburukan itu. Iapun menanyakannya kepada Seorang Sufi, dan Seorang Sufi pun menjelaskannya kepada si Pemuda.

Sambil tersenyum bijaksana, Seorang Sufi menatap si Pemuda dan berkata... :

Wahai Anakku...!

"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS An-Nisaa : 40).

"Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan dengan yang baik. Mereka itulah yang akan mendapat surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya. Dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” (QS Al-Kahfi : 30-31)

“Maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik". (QS Yusuf : 90)

Pahala adalah satuan untuk mengukur kadar nilai suatu amal, sesuatu yang diberikan kepada manusia yang telah melakukan suatu kebaikan atau suatu amal yang sesuai dengan anjuran dan larangan Allah Subhanahuwata'ala.

Allah Subhanahuwata'ala yang maha mengetahui, tentunya tidak membutuhkan satuan untuk mengetahui besar kecilnya nilai suatu amal kebaikan dan keburukan.

Lalu untuk apa Allah Subhanahuwata'ala membuat Satuan itu? Tanya Si Pemuda lagi

Sebagai bukti bagi manusia di Pengadilan Agung di Akhirat nanti. Bahwasanya Allah Subhanahuwata'ala yang Maha Adil menyimpan catatan Pahala dan Dosa, yang akan ditimbang sedemikian rupa untuk mengadili seorang manusia.

Selain itu sebagai penyemangat manusia untuk berlomba-lomba dalam melakukan amalan-amalan yang berpahala besar dan untuk mengetahui perbuatan-perbuatan mana yang dosanya besar, sehingga kita akan menghindarinya sejauh mungkin, bukan berarti pula kita tidak berusaha untuk menghindari perbuatan yang berdosa kecil.

Meskipun demikian, tidak usahlah kita terlalu memikirkan seberapa berat satuan itu, apalagi membanding-bandingkannya dengan satuan kilogram, milligram dan sejenisnya.

Yang paling penting Wahai Anakku, lakukanlah segala anjuran dan menghindari larangan-Nya dengan ikhlas mengharapkan ridho-Nya, karena tidak mungkin pahala-pahala kita bisa mengimbangi berat karunia-karunia yang telah diberikan-Nya, apalagi diberatkan oleh dosa-dosa yang pernah kita lakukan.

Semoga Allah Subhanahuwata'ala menyelamatkan kita dari pengadilan akhirat nanti, mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Nya serta keberkahan Nabi Muhammad Rasulullah."

Si Pemuda tersenyum, ada kebanggaan tersendiri terhadap Seorang Sufi, Abi sekaligus Gurunya itu. Tidak berapa lama kemudian, mereka melanjutkan perjalanan malamnya, diiringi oleh cahaya rembulan yang terang nan lembut.

Di tengan perjalanan Seorang Sufi tersebut mengatakan dalam sebuah Puisi Mistisnya:

"Manusia wajib bertaubat, tetapi yang lebih wajib adalah menyesali dosa-dosanya. Bersabar menghadapi musibah sangat sulit, tetapi yang lebih sulit adalah menghadapi kehilangan pahala.

Menyaksikan perubahan masa memang mengundang keanehan, tetapi yang lebih membuat aneh adalah menyaksikan Kelalaian Manusia.

Wallahu'alam Bishshowab

 

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Semoga Allah Ta'ala melimpahkan anugetah, berkah, rahmat, taufik, hidayah, bimbingan dan lindunganNya pada kita semua serta mengijabah setiap doa-doa Kita

Yaa Allah... Berkahilah Umurku, Langkahku, Aktifitasku, Perjalananku, dan Berkahilah Pekerjaanku.

Yaa Allah... Jadikanlah sholatku  do'aku dan sodaqoh yang telah hamba lakukan akan semakin membuatku lebih dekat dengan Mu. Serta menjadikan rizkiku akan semakin lancar, banyak dan halal serta barokah.

Yaa Allah... Jadikanlah Imanku, Ilmuku dan Rezekiku hari ini lebih baik dari hari kemarin.

Yaa Allah... Jadikanlah anak-anakku, anak-anak yang Sholeh dan Sholehah, berkahilah Ilmunya, Rezekinya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Jauhkanlah mereka dari Finah Dunia dan Finah Akherat

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-Do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan PertolonganMU, Karena hanya kepada-MU lah tempat kami Bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan

 

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

 

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

 

Wallahu'alam Bishshowab

------E.M------